Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pro dan Kontra Kebijakan Pembatasan Jam Malam di UIN Antasari

 

Foto: Sasikat//LPM Sukma 2024

Banjarmasin — Kebijakan pembatasan jam malam di UIN Antasari Banjarmasin menuai tanggapan beragam dari kalangan mahasiswa. Kebijakan ini dipastikan tetap diberlakukan oleh pihak kampus meski menuai pro dan kontra.

Rektor UIN Antasari, Mujiburahman, menegaskan bahwa kebijakan tersebut tidak akan dicabut selama ia menjabat sebagai pimpinan kampus. Hal itu disampaikan dalam pertemuan pimpinan kampus dengan organisasi mahasiswa (Ormawa) se-UIN pada (28/11/2024).

“Selama saya menjadi pimpinan di sini, saya tidak akan mencabut kebijakan pemberlakuan jam malam,” tegas Mujiburahman.

Ia berpendapat bahwa pencabutan kebijakan tersebut dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan kampus. 

“Saya tidak mau menanggung dosanya, karena lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya,” tegasnya.

Sebagian mahasiswa mendukung kebijakan tersebut. Nadiya, mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK), menganggap pembatasan jam malam bermanfaat dalam meminimalisir risiko negatif di kampus.

“Adanya pembatasan jam malam bisa meminimalisir hal-hal buruk yang mungkin terjadi di kampus, apalagi yang membahayakan nyawa atau pun nama baik kampus,” ujarnya.

Ia juga menilai bahwa pembatasan jam malam membantu mahasiswa mengatur waktu dengan lebih baik, termasuk dalam hal istirahat dan pengerjaan tugas. 

“Dengan tidak adanya kegiatan malam di kampus, mahasiswa bisa istirahat lebih banyak. Ini mengurangi tingkat stres dan kelelahan, sehingga kesehatan fisik dan mental lebih terjaga,” keluh Nadiya.

Di sisi lain, beberapa mahasiswa menilai kebijakan ini menghambat kreativitas dan kegiatan mahasiswa, terutama bagi mereka yang aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Unit Kegiatan Khusus (UKK). Yazid, anggota UKM Sanggar Bahana Antasari, mengeluhkan dampak kebijakan tersebut terhadap aktivitas latihan mereka.

“Karena pembatasan jam malam, kami kesulitan mengatur jadwal latihan. Akhirnya, kami harus menyewa gedung di luar kampus yang biayanya cukup mahal, terutama jika harus menggelar pentas pada malam hari,” ungkap Yazid.

Ia berharap kebijakan tersebut dapat ditinjau ulang agar ruang kreativitas mahasiswa tidak dibatasi. 

“Saya rasa kawan-kawan UKM-UKK ataupun mahasiswa lainnya sangat berharap adanya kebijakan yang memungkinkan jam malam di kampus, agar kreativitas tidak terbatas,” harapnya.

Penulis: Anisya 

Editor: Jumra

Posting Komentar untuk "Pro dan Kontra Kebijakan Pembatasan Jam Malam di UIN Antasari"