ANTOLOGI PUISI “MERATUS, HUTAN HUJAN TROPIS” DL 05 JANUARI 2017
ANTOLOGI PUISI
“MERATUS, HUTAN HUJAN TROPIS”
Barabai, Hulu Sungai
Tengah, Kalimantan Selatan Tahun 2017
Kawasan Hutan Meratus
merupakan kawasan hutan alami yang masih tersisa di Propinsi Kalimantan
Selatan berdasarkan peta kawasan kurang
lebih 45.520 hektar yang terdiri dari Hulan Lindung 22.976 Ha, Hutan Produksi
Terbatas 13.886 Ha, dan Hutan Produksi 8.658 Ha. Hutan lindung yang dinamai
Pegunungan Meratus tersebut yang masih asli/virgin dan relative tidak
terjamah/tereksploitasi tersisa kurang lebih 10.000 Ha lokasinya berada di
lingkup Administratif Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Hutan Meratus yang masih tersisa ini berdasarkan hasil survey Uni Eropah (SCKFP) Tahun 2003 merupakan
sumber plasma nuthfah yang sangat berpotensi untuk pengembangan sumber daya
hutan dimasa yang akan datang. Tercatat lebih dari 118 jenis pohon, dan lebih
dari 46 jenis Mamalia dan 71 jenis burung.
Mengingat potensi yang
yang sangat besar baik tambang maupun kayunya maka banyak pihak yang tergiur
untuk mengeksploitasinya. Bahan tambang seperti batu bara, emas dan lain
sebagainya, serta tanahnya yang subur untuk perkebunan. Pada sisi yang lain
kawasan ini berfungsi sebagai menara air untuk kawasan DAS Barito bagian Timur
tentunya kawasan ini harus tetap eksis dengan ekosistemnya. Demikian pula perburuan flora dan fauna yang
telah terjadi sehingga betul-betul mengancam kelestarian dan keberlangsungan
ekosistem.
Keterbelakang dan keterisolasian
wilayah kadang menjadi alasan klasik untuk memberikan janji kepada masyarakat
adat untuk mengekploitasi hutan dengan janji membuka isolasi wilayah. Beberapa
pengalaman empiris rusaknya hutan di kaki Pegunungan Meratus seperti HTI maupun
Tebang Pilih melalui HPH terbukti hanya menambah kesengsaraan dan kemiskinan
jangka panjang. Terbukti jalan-jalan dan jembatan yang sudah dibangun
perusahaan ketika HPH selesai maka jembatannya di Bom dengan Dinamit dengan
berbagai alasan dan jalannya ditutup atau juga tertutup oleh bencana longsor
sebagai akibat dari pengrusakan ekosistem.
Padahal kawasan pegunungan
Meratus ini tergolong ekosistem yang ringkih (fragile Ecosistem) dan juga sebagai ecological sensitive area. Sebagai kawasan yang dapat menjamin stabilitas
iklim baik sebagai sumber plasma nutfah maupun sebagai daerah tangkapan air
sehingga juga berfungsi sebagai menara air bagi sungai-sungai di Kalimantan
Selatan.
Sejak jaman Penjajahan
Belanda pada tahun 1928 Kawasan pegunungan Meratus telah ditetapkan sebagai
cadangan untuk tata air (hidrologis) (Gouvernements
Besluit No 11 tahun 1928). Sejak itulah kawasan Pegunungan Meratus oleh orang Eropah (terutama Belanda) disebut
sebagai “Green Belt of Borneo” atau
Sabuk Hijau Pulau Kalimantan. Mengingat Kota
Barabai yang asri di lereng MEratus maka sering disebut Parisnya Kalimantan (Parisj Van Borneo)
Keberadaan menara air dan
ekosistem meratus tenyata disadari atau tidak telah mampu memberikan yang
terbaik untuk warga yang dilingkupinya. Bersihnya udara dan banyaknya oksigen
yang dihasilkannya siginifikan menyehatkan warga. Air bersih yang meluncur dari
Pegunungan Meratus telah menghidupi warga meratus dan sekitarnya menghidupi
lahan pertanian dan perkebunan sehingga seluruh lapisan masyarakat akan terus
menjaga kelestarian ekosistem di kawasan pegunungan meratus.
Atas semua efek positif
hutan meratus telah banyak inisiatif masyarakat untuk kegiatan koservasi, oleh
karena itu selayaknya diberikan apresiasi dan fasilitasi untuk pengembangan
hutan meratus di masa depan tanpa harus melakukan eksploitasi. Paralel dengan itu semua kita bertekad untuk
mengembalikan julukan Barabai Kota Hijau Parisj Van Borneo dengan menjaga hutan
meratus sebagai green belt of Borneo sehingga kita semua berharap untuk
mendapatkan pemberdayaan dan anugerah Adipura kencana dari Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia sebagai bentuk Apresiasi
terhadap upaya menjaga kelestarian hutan.
Wisata
Alam:
·
Gunung
Halau-halau merupakan gunung tertinggi di Kalimantan Selatan dengan ketinggian
1901 Mdpl
·
Desa
Juhu merupakan desa terindah diketinggian Meratus
·
Balai
adat (11 buah)
·
Air
terjun (8 buah)
·
Wisata
air panah Tanuhi
·
Wisata
arung jeram
·
Kerajinan bamboo yang berbasis
masyarakat/komunitas.
·
Pelestarian green energy di Balai Ramang
Patikalain Hantakan.
Harapan kita..
Sinergisitas program antara
Pemerintah Indonesia dan Kabupaten
Hulu Sungai Tengah juga masyarakat menjadi sebuah keharusan untuk menjaga
Pegunungan Meratus. Juga Pemerintah harus melakukan pengkajian inventarisasi
tentang keanekaragaman hayati yang menyangkut, kehidupan liar, potensi
ekowisata, pengembangan plasma nuthfah dan sosial kemasyarakatan di kawasan
Pegunungan Meratus. Kita juga berharap, tidak hanya bual soal Pegunungan
Meratus, tapi realita dalam menjaganya.
Syarat dan
Ketentuan
·
Peserta umum diseluruh Indonesia, tanpa
dibatasi usia
·
Puisi
merupakan karya baru dalam rentan tahun 2016
·
Karya orisinil, belum pernah dimuat di media
manapun
·
Tidak menyinggung SARA
·
Panjang puisi maksimal 2 halaman
·
Karya ditulis dikertas A4, margin normal
·
Puisi
minimal 2 puisi dan maksimal 5 puisi
·
Sertakan biodata narasimu
maksimal sepuluh baris, dan jika lebih maka panitia berhak memotong biodata
tersebut.
·
Biodata
diletakkan diakhir tulisan (tidak dilampiran lain)
·
Subjek email: Judul-nama-Asal Daerah
Pengiriman
Karya
·
Deadline: 05 Januari 2017
·
Update peserta: 15 Januari 2017
·
Pengumuman final dari kurator : 15 Februari 2017
·
Naskah
dilampirkan, bukan di badan email. Jika dibadan email, maka tidak terhitung
sebagai peserta.
·
Setiap peserta mendapatkan satu eksemplar
sebagai bukti terbit (ongkir ditanggung penulis)
Info lebih lanjut hubungi kontak panitia lomba
0819-3377-0081 (Moh Mahfud)
Posting Komentar untuk "ANTOLOGI PUISI “MERATUS, HUTAN HUJAN TROPIS” DL 05 JANUARI 2017"
Berkomentarlah dengan bijak