Bincang-bincang bersama Hasan (Ketua Umum Al-Banjary)
Bincang-bincang bersama Hasan (Ketua
Umum Al-Banjary)
Belum lama ini, sanggar
Al-Banjary mengadakan Ajang Seni Lukis Kaligrafi Islam Al-Banjary (ASKIA)
bertempat di Auditorium Kampus UIN Antasari. ASKIA merupakan program kerja
tahunan dari UKM yang bergelut dalam karya seni kaligrafi, ini merupakan tahun
ketiga atas terselenggaranya program ASKIA.
Berkaitan dengan karya seni
kaligrafi ini, Muhammad Hasan Basri, Ketua Umum Sanggar Al-Banjary mengatakan,
karena bentuknya yang indah membuat orang suka berdatangan.
“Bukan Qur’annya yang dijual,
tapi keindahannya. Siapa yang tidak tertarik dengan keindahaan Al-Quran, dengan
tulisan kaligrafi.” Demikian petikan wawancara Muhammad Hasan Basri, Ketua Umum
Sanggar Al-Banjary belum lama ini pada Sukma.
Lebih lengkapnya, simak wawancara
Reporter Sukma dengan Muhammad Hasan Basri, Ketua Umum Sanggar Al-Banjary ini
beberapa waktu lalu.
Apa sih ASKIA itu?
ASKIA merupakan Ajang Seni Lukis Kaligrafi
Islam Al-Banjary (ASKIA), dan ini adalah kegiatan
tahunan, sudah tahun ketiga
berlangsung.
Dalam rangka apa
kegiatan ini berlangsung?
Tidak ada dalam rangka apapun cuma ini
hanya Program Kerja (PROKER) tahunan
dan semoga tidak pernah berubah, akan tetap seperti ini. Namun, apabila dari
pengurus yang akan datang hendak merubah maka silahkan saja dirubah dan itu inovasi terbaru.
Bagaimana dengan
peserta?
Peserta berasal dari kalangan SMA, mahasiswa
dan umum. Usia maksimal yang bisa mengikuti perlombaan ini adalah 35 tahun.
Siapa saja jurinya?
Jurinya itu pelatih kami
juga, seperti H Zajuli S.Ag (Alumni IAIN Antasari) yang sering menjadi juri
pada tingkat provinsi, juga sebagai salah satu pendiri Al-Banjary. Kemudian, Rusdiah, seorang dosen dan juga kaligrafer yang pernah juara ditingkat nasional. Lalu, Rifa’I guru di suatu Madrasyah, beliau juga sering menjadi juri di tingkat Provinsi dan Kabupaten.
Bagaimana dengan
penilaiannya sendiri?
Cabang lombanya itu
kontemporer, yang menjadi penilaian itu pada tingkat keterbacaan huruf. Kemudian tingkat keterkaitan makna ayat atau nilai-nilai ayat dengan
Background –nya itu. Misalnya seperti hadist:
“Al-Ilmu bil a’mallin khasary bi amallin” artinya ilmu itu bila tidak
diamalkan, bagai pohon tak berbuah. Jadi, pesertanya itu ada yang membuat pohon
bagai tak berbuah maka arti dari suatu hadist yang kami beri itu haruslah
sesuai dengan background tersebut.
Hasil loomba yang
menang akan diapakan? Apakah akan diadakan pameran?
Untuk hasil lomba itu,
ada yang kami serahkan ke Rektorat, juga pernah dipamerkan.
Esensi yang ditonjolkan dalam lomba
askia tersebut?
Kaindahan, itu yang
utama, kemudian kaidah-kaidah penulisan kontemporer sebab keindahan tanpa
kaidah-kaidah penulisan tidak akan memberi nilai tinggi terhadap seni kaligrafi
kontemporer itu sendiri.
Cerita Tentang
Kaligrafi
Kaligrafi itu berasal
dari mana sih?
Berasal dari Arab
Setujukah, jika
kaligrafi itu disebut karya seni?
Setuju, karena bentuknya itu indah membuat orang suka
berdatangan. Ketika kaligrafi itu dibuat, seni lukis yang mereka tuliskan itu berasal dari jiwa kreativitas.
Bagaimana pendapat saudara ketika kaligrafi
yang merupakan ayat suci Al-Quran tapi diperjual belikan?
Bukan Qur’annya yang dijual, tapi
keindahannya. Siapa yang tidak tertarik, dengan keindahaan Al-Quran, dengan
tulisan kaligrafi.
Teknik apa yang paling sulit
dipelajari dalam kaligrafi?
Setiap kaligrafi itu memiliki
kesulitan dan kemudahannya masing-masing, menurut saya misalnya didekorasi yaitu akomodasinya apabila
kita salah dalam kaidahnya maka kita blok dan kita bisa memperbaikinya, sulitnya
didekorasi itu adalah ukurannya yang terlalu besar. Kalo MTQ kan,
waktunya itu 8 jam, jadi waktunya itu buru-buru kita kejar. Tingkat sulitnya
itu ya kiyasan, karena kiyasannya itu kecil-kecil kan jadi sulitnya itu disitu.
Kalo soal khatnya kami lakukan biasanya satu khat saja yang intinya.
Ya, kaidahnya yang begitu banyak.
Jadi, tingkat kesulitannya adalah panjang ayat yang ditulis kemudian handamnya
yang begitu keras jadi tangan agak bengok gitu terlihat. Juga ada kiyasan
pilihan, juga ribet dan khatnya banyak, menggunakan enam khat. Kalo mudahnya,
ya warnanya hanya satu; hitam-putih. Kontemporer, mudahnya itu tidak berkaidah
sesuai dengan huruf. Jadi bebas, asalkan hurufnya terbaca dengan jelas misalnya
huruf Lam bukan tertulis huruf Daal. Sulitnya itu memunculkan
imajinasinya itu.
Al-banjary sering menggunakan
khat apa?
Sering menggunakan khot Naskhi dan Tsulus.
Mengapa?
Kata orang sih ibunya dari
kaligrafi itu adalah khot naskhi, bapaknya itu adalah khat tsulus.
Mengapa memilih itu, karena kalo bapak dan ibunya telah kita kuasanya
maka anak-anaknya mudah kita kuasai, istilahnya begitu.
Jenis-jenis kaligrafi apa saja
yang umum dan popular yang digunakan?
Ada tujuh khat yaitu Kufi,
Naskhi, Farisi/Nastaliq, Tsulus, Diwany, Dzali, Riq’ah dan empat cabang
kaligrafi yaitu naskah, mushaf, dekorasi dan kontemporer.
Kaligrafi terbaik itu yang
seperti apa?
Semua kaligrafi baik ya,
tergantung kitanya suka yang mana, karena memiliki seleranya masing-masing.
Bagaimana tips agar mudah
memperlajari kaligrafi?
Tipsnya, pelajari yang anda sukai
dan pahami kaidah, kiyasan, juga pelajari khat-khatnya.
Rep: Ahim dan Irul
Editor: si Mbah
Posting Komentar untuk "Bincang-bincang bersama Hasan (Ketua Umum Al-Banjary)"
Berkomentarlah dengan bijak